Jumat, 30 November 2012

Kimia Semester 1


STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR


A. STRUKTUR ATOM
Perkembangan Model Atom
1).  Model Atom Dalton
a.       Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil.
b.      Atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dipecah lagi.
c.       Atom suatu unsur sama memiliki sifat yang sama, sedangkan atom unsur berbeda, berlainan dalam massa dan sifatnya.
d.      Senyawa terbentuk jika atom bergabung satu sama lain.
e.       Reaksi kimia hanyalah reorganisasi dari atom-atom, sehingga tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia.

1.      Model Atom Dalton
Teori atom Dalton ditunjang oleh 2 hukum alam yaitu :
a.       Hukum Kekekalan Massa (hukum Lavoisier)  :  massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
b.      Hukum Perbandingan Tetap (hukum Proust)   :  perbandingan massa unsur-unsur yang menyusun suatu zat adalah tetap.
Kelemahan Model Atom Dalton :
            Menurut teori atom Dalton nomor 5, tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia.       Kini ternyata dengan reaksi kimia nuklir, suatu atom dapat berubah menjadi atom lain.
:
2.      Model Atom Thomson
a.       Setelah ditemukannya elektron oleh J.J Thomson, disusunlah model atom Thomson yang merupakan penyempurnaan dari model atom Dalton.
b.      Atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti kismis.
3).  Model Atom Rutherford
a.          Rutherford menemukan bukti bahwa dalam atom terdapat inti atom yang bermuatan positif, berukuran lebih kecil daripada ukuran atom tetapi massa atom hampir seluruhnya berasal dari massa intinya.
b.      Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan berada pada pusat atom serta elektron bergerak melintasi inti (seperti planet dalam tata surya).
            Kelemahan Model Atom Rutherford :
·         Ketidakmampuan untuk menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke inti atom akibat gaya tarik elektrostatis inti terhadap elektron.
·         Menurut teori Maxwell, jika elektron sebagai partikel bermuatan mengitari inti yang memiliki muatan yang berlawanan maka lintasannya akan berbentuk spiral dan akan kehilangan tenaga/energi dalam bentuk radiasi sehingga akhirnya jatuh ke inti.
 4).  Model Atom Niels Bohr
·         Model atomnya didasarkan pada teori kuantum untuk menjelaskan spektrum gas hidrogen.
·         Menurut Bohr, spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya menempati tingkat-tingkat energi tertentu dalam atom.
Menurutnya :
a.       Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan di sekitarnya beredar elektron-elektron yang bermuatan negatif.
b.      Elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbit tertentu yang dikenal sebagai keadaan gerakan yang stasioner (tetap) yang selanjutnya disebut dengan tingkat energi utama (kulit elektron) yang dinyatakan dengan bilangan kuantum utama (n).
c.       Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi akan tetap sehingga tidak ada cahaya yang dipancarkan.
d.      Elektron hanya dapat berpindah dari lintasan stasioner yang lebih rendah ke lintasan stasioner yang lebih tinggi jika menyerap energi. Sebaliknya, jika elektron berpindah dari lintasan stasioner yang lebih tinggi ke rendah terjadi pelepasan energi.
e.       Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah (disebut tingkat dasar = ground state).

 Kelemahan Model Atom Niels Bohr :
1.      Hanya dapat menerangkan spektrum dari atom atau ion yang mengandung satu elektron dan tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion yang berelektron banyak.
2.      Tidak mampu menerangkan bahwa atom dapat membentuk molekul melalui ikatan kimia.
            5).  Model Atom Modern
            Dikembangkan berdasarkan teori mekanika kuantum yang disebut mekanika gelombang;   diprakarsai oleh 3 ahli :

a.        Louis Victor de Broglie                                                                             
Menyatakan bahwa materi mempunyai dualisme sifat yaitu sebagai materi dan sebagai gelombang.
b.      Werner Heisenberg
Mengemukakan prinsip ketidakpastian untuk materi yang bersifat sebagai partikel dan gelombang. Jarak atau letak elektron-elektron yang mengelilingi inti hanya dapat ditentukan dengan kemungkinan – kemungkinan saja.
c.       Erwin Schrodinger
(menyempurnakan model Atom Bohr)Berhasil menyusun persamaan gelombang untuk elektron dengan menggunakan prinsip mekanika gelombang. Elektron-elektron yang mengelilingi inti terdapat di dalam suatu orbital yaitu daerah 3 dimensi di sekitar inti dimana elektron dengan energi tertentu dapat ditemukan dengan kemungkinan terbesar.
Orbit Orbital
Gambar Perbedaan antara orbit dan orbital untuk elektron
  • Orbital digambarkan sebagai awan elektron yaitu : bentuk-bentuk ruang dimana suatu elektron kemungkinan ditemukan.
  • Semakin rapat awan elektron maka semakin besar kemungkinan elektron ditemukan dan sebaliknya.
PARTIKEL DASAR PENYUSUN ATOM
Partikel
Notasi
Massa
Muatan
Sesungguhnya
Relatif thd proton
Sesungguhnya
Relatif thd proton
Proton
1,67 x 10-24 g
1 sma
1,6 x 10-19 C
+1
Neutron
1,67 x 10-24 g
1 sma
0
0
Elektron
9,11 x 10-28 g
Sma
-1,6 x 10-19 C
-1
Catatan : massa partikel dasar dinyatakan dalam satuan massa atom ( sma ).
1 sma = 1,66 x 10-24 gram
NOMOR ATOM
  • Menyatakan jumlah proton dalam atom.
  • Untuk atom netral, jumlah proton = jumlah elektron (nomor atom juga menyatakan jumlah elektron).
  • Diberi simbol huruf Z
    • Atom yang melepaskan elektron berubah menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima elektron berubah menjadi ion negatif.
Contoh : 19K
Artinya …………..
NOMOR MASSA
v  Menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam inti atom.
v  Proton dan neutron sebagai partikel penyusun inti atom disebut Nukleon.
v  Jumlah nukleon dalam atom suatu unsur dinyatakan sebagai Nomor Massa (diberi lambang huruf A), sehingga :
A  =  nomor massa
=  jumlah proton ( p ) + jumlah neutron ( n )
A   =  p + n = Z + n
v  Penulisan atom tunggal dilengkapi dengan nomor atom di sebelah kiri bawah dan nomor massa di sebelah kiri atas dari lambang atom tersebut. Notasi semacam ini disebut dengan Nuklida.
Keterangan :
X = lambang atom             A = nomor massa
Z  = nomor atom                Contoh :
SUSUNAN ION
v  Suatu atom dapat kehilangan/melepaskan elektron atau mendapat/menerima elektron tambahan.
v  Atom yang kehilangan/melepaskan elektron, akan menjadi ion positif (kation).
v  Atom yang mendapat/menerima elektron, akan menjadi ion negatif (anion).
v  Dalam suatu Ion, yang berubah hanyalah jumlah elektron saja, sedangkan jumlah proton dan neutronnya tetap.
Contoh :
Spesi
Proton
Elektron
Neutron
Atom Na
11
11
12
Ion
11
10
12
Ion
11
12
12
Rumus umum untuk menghitung jumlah proton, neutron dan elektron :
1).  Untuk nuklida atom netral :
:    p = Z
e = Z
n = (A-Z)
2).  Untuk nuklida kation :
:    p = Z
e = Z – (+y)
n = (A-Z)
3).  Untuk nuklida anion :
:    p = Z
e = Z – (-y)
n = (A-Z)
ISOTOP, ISOBAR  DAN  ISOTON
1).  ISOTOP
Adalah atom-atom dari unsur yang sama (mempunyai nomor atom yang sama) tetapi berbeda nomor massanya.
2).  ISOBAR
Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai nomor massa yang sama.
3).  ISOTON
Adalah atom-atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai jumlah neutron yang sama.

KONFIGURASI ELEKTRON
ü  Persebaran elektron dalam kulit-kulit atomnya disebut
 konfigurasi.
ü  Kulit atom yang pertama (yang paling dekat dengan inti) diberi lambang K, kulit ke-2 diberi lambang L dst.
ü  Jumlah maksimum elektron pada setiap kulit memenuhi rumus 2n2 (n = nomor kulit).
Contoh :
Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron
Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron
Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron
Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron
Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron
Catatan :
Meskipun kulit O, P dan Q dapat menampung lebih dari 32 elektron, namun kenyataannya kulit-kulit tersebut belum pernah terisi penuh.
Langkah-Langkah Penulisan Konfigurasi Elektron :
  1. Kulit-kulit diisi mulai dari kulit K, kemudian L dst.
  2. Khusus untuk golongan utama (golongan A) :
Jumlah kulit = nomor periode
Jumlah elektron valensi = nomor golongan
  1. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar (elektron valensi) adalah 8.
  • Elektron valensi berperan pada pembentukan ikatan antar atom dalam membentuk suatu senyawa.
  • Sifat kimia suatu unsur ditentukan juga oleh elektron valensinya. Oleh karena itu, unsur-unsur yang memiliki elektron valensi sama, akan memiliki sifat kimia yang mirip.
Contoh :
Unsur
Nomor Atom
K
L
M
N
O
He
2
2
Li
3
2
1
Ar
18
2
8
8
Ca
20
2
8
8
2
Sr
38
2
8
18
8
2
Catatan :
  • Konfigurasi elektron untuk unsur-unsur golongan B (golongan transisi) sedikit berbeda dari golongan A (golongan utama).
  • Elektron tambahan tidak mengisi kulit terluar, tetapi mengisi kulit ke-2 terluar; sedemikian sehingga kulit ke-2 terluar itu berisi 18 elektron.
Contoh :
Unsur
Nomor Atom
K
L
M
N
Sc
21
2
8
9
2
Ti
22
2
8
10
2
Mn
25
2
8
13
2
Zn
30
2
8
18
2


Bahasa Indonesia Semester 1

Menemukan Pokok-pokok Isi Sambutan/khotbah
Menemukan pokok-pokok isi sambutan/khotbah
Sambutan merupakan jenis pidato yang disampaikan secara tertulis atau lisan. Sambutan biasanya disampaikan oleh orang tertentu karena jabatan atau kedudukannya. Sebagaimana pidato, sambutan juga terdiri dari tiga bagian yaitu: pendahuluan, isi, dan penutup.
Pendahuluan (pembukaan), berisi:
1.      Salam pembuka
2.      Ucapan syukur kepada Tuhan
3.      Ucapan terima kasih
4.      Tujuan
5.      Isi
6.      Latar belakang materi atau permasalahan
7.      Uraian materi pokok (uraian mengenai tujuan dan isi kegiatan)
8.      Penutup
9.      Simpulan
10.  Harapan-harapan
11.  Permohonan maaf                                                                                    
Langkah-langkah untuk mengubah pokok-pokok isi sambutan/khotbah menjadi informasi yang berbentuk paparan, antara lain:
1.      Menemukan pokok-pokok isi sambutan/khotbah.
2.      Menghubungkan pokok-pokok isi sambutan/khotbah tersebut dengan konjungsi atau kata penghubung yang tepat.
3.      Mengembangkan pokok-pokok isi sambutan/khotbah dalam beberapa kalimat.
4.      Abaikan peringatan

Langkah-Langkah Menemukan / Menyampaikan Topik Artikel

Anda dapat menemukan artikel di koran atau majalah. Artikel merupakan bentuk karangan yang membahas berbagai masalah. Masalah yang dibahas dalam artikel masalah yang aktual. Artikel menyajikan informasi bagi pembaca. Artikel berbentuk karangan deskripsi atau eksposisi. Dengan membaca artikel, Anda diharapkan mengerti masalah yang dibahas.

Untuk menemukan topik artikel diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Membaca dan memahami artikel secara utuh.
2.       Mencatat pokok-pokok isi artikel. Pokok-pokok isi artikel merupakan sesuatu hal yang dibahas.
3.      Mencatat topik dan pokok permasalahan yang dibahas dalam artikel.
4.       Memberikan pendapat atau uraian beserta alasan terhadap topik yang ditemukan.
5.       Menyampaikan secara lisan topik artikel yang dibaca dengan alasan perlunya membaca artikel tersebut.
1.      Paragraf  Induktif (Khusus-Umum)
Paragraf induktif (Khusus-Umum) yaitu paragraf yang dimulai dengan menyebutkan pernyataan khusus yang berupa kalimat penjelas untuk menuju pada kesimpulan umum yang berupa kalimat utama.
Contoh paragraf induktif:

"Sarana penghubung juga dibangun. Jalan-jalan dan jembatan juga di perbaiki. Salah satu jembatan yang membuat takjub pemerintah pusat adalah jembatan di atas Sungai Opak yang menghubungkan Kelurahan Kepuharji. Jembatan yang di bangun secara gotong royong itu hannya memerlukan biaya 5 juta rupiah. Padahal, taksiran pemerintah adalah rebesar 15 juta rupiah. Ternyata gotong royong sudah menjadi pola kehidupan masyarakat desa."

Dalam paragraf induktif terdapat tiga pola pengembangan, yaitu:

a. Generalisasi, yaitu paragraf yang dimulai dengan mengemukakan peristiwa khusus, kemudian diikuti dengan kesimpulan secara umum. Dalam pengembangan generalisasi diperlukan fakta.
Contoh pola generalisasi:

"Kursi dan meja tertata dengan rapi, kaca jendela bereri, dan lantainya selalu dalam keadaan bersih. Papan tulis kelas selalu dibersihkan. gambar-gambar yang ada menambah suasana lebih kondusif. Ruang kelas XI memang kelas idaman semua siswa dan guru."

b. Analogi, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki beberapa kesamaan/kemiripan.
Conton pola analogi:

"Sapi, kucing, dan kambing termasuk binatang menyusui. Sebagaimana jenis binatang lainnya, binatang-binatang tersebut memerlukan air untuk keperluan hidupnya. Berbagai tumbuhan seperti padi, jagung, tumbuhan, ataupun bunga juga memerlukan air. Jadi, binatang, tumbuhan, dan manug sangat memerlukan air."

c. Kausar (sebab akibat)
, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara mengawali/menempatkan fakta sebagai sebab, kemudian menempatkan kesimpulan sebagai akibatnya, atak sebaliknya.
Contoh pola Kausal (sebab akibat):

"Kegagalan ginjal disebabkan oleh merosotnya fungsi ginjal akibat peningkatan kepekaan serum kreatinin yang disertai berkurangnya urine. Ini berlangsung spontan dan cepat. Tak heran jika penderita gagal ginjal harus berpacu dengan waktu demi menyelamatkan diri."


2. Paragraf  Deduktif (Umum-Khusus)
Paragraf Deduktif (Umum-Khusus), yaitu paragraf yang dimulai dengan menyebutkan pernyataan umum yang berupa kalimat utama, kemudian diikuti oleh pernyataan khusus yang berupa kalimat penjelasan. Jadi, paragraf deduktif yaitu parangraf yang menempatkan gagasan di awal paragraf.
Contoh paragraf deduktif:

"Program tertib lalu lintas menjadin keselamatan pengguna jalan. Dengan mematuhi
ketertiban lalu lintas, setiap pengguna jalan merasa nyaman. Resiko kecelakaan pengguna jalan relatif lebih rendah. Polisi pengatur lalu lintas pun tidak harus dipusingkan oleh pengguna jalan yang sering melanggar aturan.

 Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tak cukup. Mereka perlu memiliki ketrampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku (berbagi bacaan). Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi buku, ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya, diantaranya sebagai berikut,

1. Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud (karena buku yang diresensi biasanya buku baru) atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku sedikitpun. Dengan adanya resensi, pembaca bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, dalam level praktis keseharian, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur). Lewat buku yang diresensi itulah peresensi belajar melakukan kritik dan koreksi terhadap sebuah buku. Disisi lain, seorang pembaca juga akan melakukan pembelajaran yang sama. Pembaca bisa tahu dan secara tak sadar akan menggumam pelan “Oooo buku ini begini…. begitu” setelah membaca karya resensi.
3. Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian, peresensi tetap bisa mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.

4. Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5. Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya. Karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dsb.

Nah, untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan siapa saja yang akan membuat resensi buku asalkan mereka mau. Diantaranya;
A.    Tahap Persiapan
1.      Memilih jenis buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
2.      Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya. Sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan hanya sekedar untuk berbagi ilmu, bukan untuk mendapatkan honor) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
3.      Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
·         Judul Karya Resensi
·         Judul Buku
·         Penulis
·         Penerbit
·         Harga
·         Tebal
B. Tahap Pengerjaan
1.      Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.

2.      Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
a.       Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
b.       Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
c.        Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
d.       Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau    membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
e.        Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
f.        Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
g.       Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.

C. Tahap Publikasi
1.      Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.
2.      Menyertakan cover halaman depan buku.
3.      Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.