MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI
Allah Swt. Menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk dan penciptaan. Ia diberikan karunia berupa akal
pikiran yang menjadikannya lebih mulia dari makhluk Allah yang lain. Kemudian
Allah mengutus ketenga-tengah mereka para nabi dan rosul dengan membawa kitab
untuk menyeru kepada tauhid dan melarang perbuatan syirik dan menjelaskan
kepada mereka tentang ajaran Allah Swt. Namun
ditengah perjalanannya mengarungi bahtera kehidupan didunia, sebagian manusia
terjebak didalam kemaksiatan dan melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan
oleh Allah dan Rasulnya. Allah memerintahkan umat-Nya yang melakukan kesalahan
untuk kembali kejalan yang benar dan tidak mengulanginya karena Allah Maha
Pengampun dan Penerima taubat hamba-hamba-Nya.
A. Tobat
1. Pengertian
Tobat
Secara bahasa, tobat berarti
kembali kejalan yang benar. Tobat adalah proses menyadari kesalahan yang telah
diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau
permohonan ampun kepada Allah Swt. Atas kesalahan (kekhilafan) dan atas
perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Perbuatan dosa yaitu perbuatan yang
dilarang Allah Swt. dan rasul-Nya yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun
al-hadis, yakni suatu perbuatan apabila dikerjakan akan terasa salah dalam hati
dan tidak senang jika diketahui orang lain.
Q.S at-Tahrim[66]: 8
2. Bentuk
Dosa dan Tingkatnya
Perbuatan dosa yang dilakukan
oleh manusia adakalanya ditimbulkan oleh hati, misalnya riya’, takabur, dan
suudzan. Terkadang ditimbulkan oleh lisan, seperti dusta, menghina, dan
mengumpat. Ada pula yang ditimbulkan oleh perbuatan, misalnya judi, membunuh,
mencuri, merampok, berkhianat, dan bentuk dosa lainnya. Dosa dibagi dalam tiga
tingkatan, sebagai berikut:
a.
Dosa
paling besar, misalnya syirik dan durhaka pada orang tua.
b.
Dosa
besar, misalnya dusta, berkhianat, membunuh, dan berzina.
c.
Dosa
kecil, misalnya meremehkan orang lain dan tidak menghargai teman.
3. Syarat-Syarat
Bertobat
Tobat seorang hamba akan diterima
disisi Allah Swt. jika memenuhi syarat sebagai berikut.
a.
Menyesali
kesalahan dan dosa yang telah diperbuat
b.
Segera
meninggalkan pelanggaran atau dosa yang saat itu diperbuat
c.
Memutuskan
dengan sungguh-sungguh dan niat yang tulus untuk tidak mengulangi dosa-dosa dan
kesalahan yang telah diperbuat dan mengganti dengan perbuatan baik. Jika ada
hubungannya dengan hak orang lain hendaknya segera meminta maaf dan
mengembalikan hak orang tersebut.
4. Cara
Bertobat
a.
Setelah
menyadari akan perbuatan dosa, hendaknya segera beristighfar kepada Allah Swt.
dan meminta pertolongan dan kekuatan dari-Nya.
b.
Meminta
perlindungan kepada-Nya dari godaan setan atau iblis yang terkutuk
c.
Menyegerakan
melakukan amalan setelah dengan ikhlas dan sungguh-sungguh untuk mengharap
rid-Nya dan dilakukan secara terus-menerus serta bersabar atasnya..
d.
Melakukan
shalat taubah demi mengharap magfirrah-Nya dan agar terhindar dari perbuatan
keji dan mungkar.
e.
Jika
dosa yang dilakukan berhubungan dengan hak-hak oaring lain, maka segera meminta
maaf dan mengembalikan hak orang tersebut.
5. Kriteria
Orang dalam Bertobat
a.
Orang
yang melakukan tobat setelah melakukan kesalahan. Allah akan mengampuni dosa
orang tersebut sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang artinya; “Selain orang-orang yang bertaubat sesudah berbuat kesalahan dan mengadakan
perbaikan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. (Q.S. ali
imran [3]; 89)
b.
Orang
yang melakukan tobat saat menjelang ajal tiba seperti yang dilakukan oleh
Firaun saat dirinya akan tenggelam dilaut. Allah menjelaskan; “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal dan
setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia mengatakan: sesungguhnya
saya bertobat sekarang. Dan tidak pula (diterima tobat)orang-orang yang mati
sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksaan
yang pedih.”
(Q.S. an-Nisa [4]: 18)
c.
Tobat
nasuha yaitu orang yang melakuakan tobat dengan semurni-murninya dan ini adalah
tingkatan tobat yang paling tinggi karena dilakukan bukan hanya akibat
perbuatan dosa akan tetapi dengan niat ibadah kepada Allah Swt. sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S. at-Tahrim [66]: 8.
B. Raja’
Raja’
adalah sifat dan sikap yang penuh herap kepada –Nya. Raja’ termasuk sifat yang
baik da terpuji dihadapan Allah Swt. dan dapat mempertebal iman dan takwa
kepada-Nya. Sifat raja’ hanya dimiliki oleh orang yang memiliki pemahaman yang
benar tentang keimanan dan keislaman.
Sifat sikap raja’ akan melahirkan sikap
husnuzzan billah atau berprasangka baik kepada Allah dalam segala hal yang kita
lakukan. Allah Swt. memerintahkan hamba-Nya untuk selalu berdoa dan bersusaha
serta bertawakal kepada-Nya dengan harapan bahwa Allah akan memberikan yang
terbaik kepadanya. Allah Swt. akan memberiakn pahala yang besar kepada
hamba-hamba-Nya yang rida dengan semua keputusan-Nya.
Allah berjanji akan mengabulkan doa
hamba-Nya, “Dan Tuhanmu berfirman:
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenakan bagimu” (Q.S. al-mu’min
[40]: 60).
Hikmah
Raja’ Kepada Allah Swt.
1.
Jauh
dari sikap putus asa jika mengalami kesulitan atau kegagalan.
2.
Selalu
dekat dan ingat kepada Allah Swt. kapan saja dan dimana saja ia berada
3.
Selalu
sabar dan tabah dalam berusaha serta tidak mudah mengeluh jika menghadapi
kesulitan.
4.
Percaya
diri dan optimis bahwa dirinya mrmpuntai kemampuan untuk mencapai tujuan dan
yakin akan mendapat pertolongan dari Allah Swt.
5.
Tenang
dalam menghadapi persoalan hidup.
6.
Mendorong
seseorang untuk rajin, tekun dan bersungguh-sungguh dalam berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar